Laman

Selasa, 14 Juni 2016

PT.FREEPORT INDONESIA - KELOMPOK 8 STIE BANK BPD JATENG


Manajemen Operasi Global

 ANALISIS PT FREEPORT INDONESIA
DI PAPUA

Paper ini disusun untuk memenuhi nilai tugas kelompok pada mata kuliah Manajemen Operasi Global


Dosen pengampu : Dr. Fitri Lukiastuti, SE. MM


Disusun oleh :
1.      Esata Cahyandari                    (12130046)
2.      Hesti Asih K                           (12130061)
3.      Rizqi Ayu Kumalasari             (12130134)
4.      Wina Rizqi Herawati              (12130151)

Kelas Selasa, jam 07.00

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Bank BPD Jateng
Semarang
2016




 KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Fitri Lukiastuti, SE. MM selaku dosen pengampu pada mata kuliah Manajemen Operasi Global yang telah memberikan ilmu serta bimbingan sehingga paper ini dapat terselesaikan dengan baik.
Paper ini berisikan tentang isu-isu lingkunagn di negara berkembang, manajemen operasi, standart manufaktur global, dimana lingkupnya pada PT. Freepoet Indonesia yang bertempat di Irian Jaya.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang bersifat positif guna memperbaiki laporan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb



Semarang, 17 Mei 2016



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-Mc MoRan Copper & Gold Inc. Perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Freeport berkembang menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 miliar dolar AS. Menurut Freeport, keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak langsung kepada Indonesia sebesar 33 miliar dolar dari tahun 1992–2004. Angka ini hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Dengan harga emas mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dolar per ons, Freeport diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar dolar.
Mining International, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas Freeport sebagai yang terbesar di dunia. Freeport Indonesia sering dikabarkan  telah  melakukan penganiayaan terhadap para penduduk setempat. Selain itu, pada tahun 2003 Freeport Indonesia mengaku bahwa mereka telah membayar TNI untuk mengusir para penduduk setempat dari wilayah mereka. Menurut laporan New York Times pada Desember 2005, jumlah yang telah dibayarkan antara tahun1998 dan 2004 mencapai hampir 20 juta dolar AS.
PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan yang beroperasi dengan mengekploitasi sumber daya alam yang ada di tanah papua dengan tujuan untuk mencari bahan-bahan seperti emas, perak dan tembaga yang ada dialam kemudian di ekspor ke berbagai negara untuk diolah dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menjalankan operasionalnya perusahaan ini pasti akan menemui berbagai kendala, karena operasinya langsung berada di lapangan atau lokasi yang dideteksi mengandung bahan-bahan mineral yang dicari. Penambangan yang terus menerus dilakukan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang sangat parah dan berdampak terhadap ekosistem dan kelestarian alam papua apabila tidak ada penanganan yang serius dari perusahaan.
Sebagai perusahaan Global PT Freeport tentunya memiliki berbagai kebijakan dalam menangani dampak dari operasi perusahaan yang berlangsung secara terus-menerus. Perusahaan telah mencanangkan berbagai program untuk menangani lingkungan yang terkena dampak dari penambangan. Pembangunan berkelanjutan merupakan program yang dilakukan perusahaan untuk mengatasi dan menjaga kelestarian lingkungan baik pada lokasi yang terkena dampak langsung dengan operasi perusahaan maupun lingkungan disekitar perusahaan yang juga turut diperhatikan dalam program ini.

1. 2  Rumusan Masalah
1.    Mengambarkan dan mengevaluasi strategi manajemen lingkungan  PTFI . Apakah lingkungan merupakan bagian dari strategi corporate umum perusahaan induk , apakah ini selalu terjadi ?
2.    Menggambarkan dan mengevaluasi penanganan sosial budaya PTFI di Irian Jaya ?
3.    Apakah kamu menggambarkan proyek ini sebagai hal yang berkelanjutan, kriteria apa yang anda gunakan untuk mengevaluasi klaim ini ?bahwa proyek ini berkelanjutan? Bandingkan bagaimana sewa ekonomi di distribusikan dibawah pengelolaan atau pelayanan PTFI dengan kriteria keberlanjutan?
4.    Haruskah pemerintah Indonesia mengijinkan PTFI melakukan ekspansi?
5.    Apakah isu ini relevan hanya untuk operasi skala besar seperti sekarang ini ?

1. 3  Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah tersebut, maka paper ini dilakukan dengan tujuan  :
1Untuk megetahui strategi manajemen lingkungan  PT.FI untuk mengetahui  lingkungan merupakan bagian dari strategi corporate umum perusahaan induk , dari PT.FI ?
2.    Untuk mengetahui penanganan sosial budaya PT.FI di Irian Jaya ?
3. Untuk mengetahui kriteria yang agunakan untuk mengevaluasi klaim ini,  mengetahui perbandingan sewa ekonomi di distribusikan dibawah pengelolaan atau pelayanan PTFI dengan kriteria keberlanjutan
4.  Untuk menganalisis apakah sebaiknya pemerintah Indonesia mengizinkan PT.FI melakukan ekspansi
5.   Untuk mengetahui apakah isu ini relevan hanya untuk operasi skala besar seperti sekarang ini apa tidak.
1.4  Manfaat
Apapun hasil paper ini diharapkan akan memberikan kegunaan sebagai berikut :
1.    4. 1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dengan adanya paper mengenai Freeport ini lebih dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana itu Freeport, apa saja yaang berpengaruh terhadap perkembanagn Freeport dari segi lingkungan, sosial, budaya, pekerja, ataupun masyarakat sekitar Freeport.
1.     4. 2 Manfaat Praktis
     Pemabaca dan Akademisi
Hasil paper ini diharapkan  dapat menambah pengetahuan dan referensi, serta memberikan gambaran mengenai Freeport dari segi isu lingkungan, manajemen operasi dan standart manufaktur global.



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Isu – Isu Lingkungan

Isu lingkungan sesungguhnya merupakan isu yang sangat luas karena kompleksitas permasalahannya menyangkut aspek-aspek krusial dan beraneka ragam dari multidisiplin ilmu ekonomi, politik, sosial dan budaya serta tentunya dari kelompok ilmu-ilmu eksata yang berkaitan langsung dengan studi physical environment itu sendiri, seperti: biology, chemistry, geology, forestry dan sebagainya.Permasalahan lingkungan dapat dikategorikan seperti berikut :
2.1.1  Isu Lingkungan Lokal
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini tidak ada atau menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain: penyakit-penyakit akan menyebar secara menjadi-jadi, cuaca tidak menentu, pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena akan mencairnya es yang ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu masa kehancurannya saja. Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi masalah ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah ini sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah yang sering terjadi  belakangan ini. Contohnya : Kekeringan, banjir, longsor, erosi pantai dan instrusi air laut.
2.1.3 Isu Lingkungan Global
Sebelumnya orang menduga masalah lingkungan global lebih banyak dipengaruhi faktor alam, seperti iklim, yang mencakup temperatur, curah hujan, kelembaban, tekanan udara dll. Belakangan orang mulai menyadari bahwa aktifitas manusia pun mempengaruhi iklim dan lingkungan secara signifikan. Ambilah contoh penebangan hutan, mempengaruhi perubahan suhu dan curah hujan secara lokal. Ketika area hutan yang hilang semakin luas, maka akibat yang ditimbulkan bukan lagi lokal tapi sudah berskala regional. Kenapa hutan ditebang? Tentu saja ada motivasi-motivasi manusia yang membuat mereka menebang hutan, misalnya motivasi ekonomi. Untuk skala negara, negara membutuhkan devisa untuk menjalankan roda pembangunan. Karena industri negara belum mapan dan kuat, maka yang bisa diekspor untuk menambah devisa adalah menjual kayu.
            Penebangan pohon menjadi masalah global yang mempengaruhi lingkungan juga misalnya pertumbuhan penduduk dunia yang amat pesat. Pertumbuhan penduduk memiliki arti pertumbuhan kawasan urban dan juga kebutuhan tambahan produksi pangan. Belum lagi ada peningkatan kebutuhan energi. Pada masing-masing kebutuhan ini ada implikasi pada lingkungan. Coba kita perhatikan contoh dari kebutuhan lahan urban dan lahan pertanian. Pemenuhan kebutuhan ini akan meminta konversi lahan hutan. Semakin lama daerah-daerah resapan air makin berkurang, akibatnya terjadi krisis air tanah.
Di sisi lain di beberapa kawasan berkemiringan cukup tajam menjadi rawan longsor, karena pepohonan yang tadinya menyangga sistem kekuatan tanah semakin berkurang. Kemudian karena resapan air ke tanah berkurang, terjadilah over-flow pada air permukaan. Ketika kondisi ini beresonansi dengan sistem drainase yang buruk di perkotaan terjadilah banjir. Banjir akan membawa berbagai penderitaan. Masalah langsungnya misalnya korban jiwa dan harta. Masalah tidak langsungnya misalnya mewabahnya berbagai penyakit, seperti malaria, demam berdarah, muntaber dll. Sekarang kita beralih ke masalah eksploitasi energi.
Saat ini Indonesia misalnya masih sangat bergantung pada sumber energi minyak bumi. Ini yang menjelaskan betapa hebohnya pemerintah dan masyarakat akibat masalah minyak. Pemerintah bingung menutupi anggaran belanja negara, karena besarnya pengeluaran untuk impor minyak. Masyarakat bingung sebab kenaikan harga minyak memililiki efek berantai pada kenaikan harga barang-barang di lapangan. Yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa penggunaan minyak dari sisi lingkungan, dan lebih spesifiknya sisi komposisi udara di atmosfir, berarti peningkatan gas carbon dioxida (CO2).
Gas ini, bersama lima jenis gas lain diketahui menjadi penyebab terjadinya efek pemanasan global (global warming). Diperkirakan diantara tahun 1990-2001 akan terjadi kenaikan rata-rata suhu global sekitar 1,4 sampai 5,8 derajat celsius. Akibatnya akan terjadi kenaikan rata-rata permukaan air laut disebabkan mencairnya gunung-gunung es di kutub. Banyak kawasan di dunia akan terendam air laut. Akan terjadi perubahan iklim global. Hujan dan banjir akan meningkat. Wabah beberapa penyakit akan meningkat pula. Produksi tumbuhan pangan pun terganggu. Pendek kata akan terjadi pengaruh besar bagi kelangsungan hidup manusia.
Para peneliti dan ilmuwan yang bergerak di bidang lingkungan sudah sangat mengkhawatirkan akan bencana besar yang akan melanda umat manusia. Yang jadi masalah, kesadaran akan permasalahan lingkungan ini belum merata di tengah manusia. Ini akan lebih jelas lagi kalau melihat tingkat kesadaran masyakat di negara berkembang. Jangankan masyarakat umum, di kalangan pemimpin pun kesadaran masalah lingkungan ini masih belum merata.
Di tengah kondisi di atas dimulailah prakarsa-prakarsa pro-lingkungan pada tingkat global. Kyoto Protokol adalah konvensi yang masih cukup hangat dan masih akan diberlakukan secara efektif mulai tahun 2007. Kyoto protokol adalah sebuah perjanjian internasional yang dimaksudkan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh industri dunia,yang harus dicapai pada tahun 2012. Isi utama Protokol ini adalah upaya pengurangan emisi enam gas yang mengakibatkan kenaikan suhu global. Pada tahun 2008-2012 akan diadakan pengukuran sistematis balance pengeluaran dan penyerapan gas-gas ini pada semua negara yang telah menandatangani Protokol ini.
Contohnya pemanasan global, masyarakat, penipisan lapisan ozon, penguraian ozon, hujan azam, pertumbuhan populasi, desertifikasi, penurunan keanekaragaman hayati, dan pencemaran limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
2.2  Pengertian ISO
ISO adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti sama (Suardi, 2003). Pertama kali ISO didirikan di Jenewa, Swiss, pada tahun 1947. ISO merupakan singkatan dari International Organization for Standardization. ISO adalah badan standar dunia yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang berkaitan dengan perubahan barang dan jasa. ISO dapat disimpulkan sebagai koordinasi standar kerja internasional, publikasi standar harmonisasi internasional, dan promosi pemakaian standar internasional.
Pada intinya, ISO bertujuan untuk mengharmonisasi standar-standar nasional dimasing-masing negara menjadi satu standar internasional yang sama. ISO digunakan sebagai : (Rabbit & Bergh, 1994)
1.    Fondasi dari kegiatan perbaikan yang kontinyu untuk kepuasan pelanggan.
2.    Sistem dokumentasi yang benar dari perusahaan.
3.    Cara yang jelas dan sistematis dari manajemen mutu.
4.    Mendapatkan stabilitas dan konsistensi dalam kegiatan dan sistem.
5.    Kerangka kerja yang bagus untuk perbaikan mutu.
          6.    Praktek manajemen yang lebih efektif dengan otoritas dan tanggung jawab yang jelas terhadap orang yang berkaitan dengan mutu proses dan produk.
        7.     Cara untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi, mutu, dan kemampuan berkompetensi dari perusahaan
         8.    Persyaratan untuk melakukan bisnis internasional

A.     Seri ISO 9000
ISO 9000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian SMM suatu organisasi yang bertujuan untuk menjamin organisasi yang bersangkutan mampu menyediakan produk yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan.
ISO 9000 bukan merupakan standar produk, tetapi merupakan standar dari sistem manajemen suatu organisasi yang apabila diterapkan dalam organisasi tersebut akan mempengaruhi bagaimana produk itu dihasilkan, mulai dari tingkat perencanaan, perancangan, pembuatan dan perakitan hingga penyerahan ke pelanggan. Komite Teknik ISO 176 (ISO Technical Committee 176, ISO/TC 176) bertanggung jawab untuk standar-standar SMM ISO 9000. Sejak pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987, ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap 5 (lima) tahun, guna menjamin relevansinya dengan perkembangan bisnis dan teknologi. Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000 dan telah dietapkan pada tahun 2008.
ISO 9000 disusun berdasarkan pada 8 (delapan) prinsip manajemen mutu. Prinsip-prinsip ini dapat digunakan oleh manajemen senior sebagai suatu kerangka kerja (framework) yang membimbing organisasi menuju peningkatan kinerja. Prinsip-prinsip ini diturunkan dari pengalaman kolektif dan pengetahuan dari ahli-ahli internasional yang berpartisipasi dalam Komite Teknik ISO/TC 176, yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mempertahankan standar-standar ISO 9000.
Kedelapan prinsip manajemen mutu itu didefinisikan dalam ISO 9000:2000 [Quality Management Systems – Fundamentals and Vocabulary] dan ISO 9004:2000 [Quality Management Systems – Guidelines for Performance Improvements].

Delapan prinsip manajemen mutu yang menjadi landasan penyusunan ISO 9000 itu adalah:
·       Prinsip 1: Fokus Pada Pelanggan
Organisasi tergantung pada pelanggan mereka. Karena itu, manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan akan datang, harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi harapan pelanggan.
·       Prinsip 2: Kepemimpinan
Pimpinan puncak organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang-orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
·       Prinsip 3: Pelibatan Orang
Orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi
·       Prinsip 4: Pendekatan Proses
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien, apabila aktivitas dan sumber-sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses. Suatu proses mengubah masukan (input) terukur kedalam keluaran (output) terukur melalui sejumlah langkah berurutan yang terorganisasi.
·       Prinsip 5: Pendekatan Sistem Pada Manajemen
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan dari proses-proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem akan memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
·      Prinsip 6: Perbaikan Berkesinambung
Perbaikan berkesinambung dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Perbaikan berkesinambung didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya terus-menerus meningkatkan efektivitas dan/atau efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu. Perbaikan berkesinambung membutuhkan langkah-langkah konsolidasi yang progresif, merespon perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan sehingga akan menjamin suatu evolusi dinamis dari sistem manajemen mutu.
·       Prinsip 7: Pendekatan Fakta Pada Pengambilan Keputusan
Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah-masalah mutu dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan manajemen organisasi sebaiknya ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.
·       Prinsip 8: Hubungan Yang Saling Menguntungkan Dengan Pemasok
Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung, dan suatu hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah.
B.     ISO 14000
ISO 14000 adalah standar sistem pengelolaan lingkungan yang dapat diterapkan pada bisnis apa pun, terlepas dari ukuran, lokasi atau pendapatan. Tujuan dari standar adalah untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh bisnis dan untuk mengurangi polusi dan limbah yang dihasilkan oleh bisnis. Versi terbaru ISO 14000 dirilis pada tahun 2004 oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) yang memiliki komite perwakilan dari seluruh dunia. ISO-14000 memiliki beberapa seri, yaitu :
1)    ISO 14001                        : Sistem Manajemen Lingkungan
2)    ISO 14010 – 14015           : Audit Lingkungan
3)    ISO 14020 – 14024           : Label Lingkungan
4)    ISO 14031                        : evaluasi Kinerja lingkungan
5)    ISO 14040 – 14044         : Assessment/Analisa Berkelanjutan
6)    ISO 14060                        : aspek lingkungan dari produk
Negara Indonesia telah menerapkan standar ISO dari tahun 1993.Hal ini terus dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000.Berbagai program seminar dan penelitian mengenai ISO 14000 terus dikembangkan di Indonesia.Pada tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya, penelitian dan proyek percontohan Sistem Manajemen Lingkungan telah diprakarsai oleh Kementerian Lingkungan Hidup, bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak.
Manfaat dari ISO 14000 adalah :
a.       Pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien dalam organisasi
b.      Untuk menyediakan tools yang berguna dan bermanfaat dan fleksibel sehingga mencerminkan organisasi yang baik.
c.       Dapat mengidentifikasi, memperkirakan dan mengatasi resiko lingkungan yang mungkin timbul.
d.      Dapat menekan biaya produksi dapat mengurangi kecelakan kerja, dapat memelihara hubungan baik dengan masyarakat, pemerintah dan pihak – pihak yang peduli terhadap lingkungan.
e.       Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen puncak terhadap lingkungan.
f.       Dapat meningkat citra perusahaan,meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperbesar pangsa pasar.
g.      Menunjukan ketaatan perusahaan terhadap perundang – undangan yang berkaitan dengan lingkungan.
h.      Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank.
i.        Dapat meningkatakan motivasi para pekerja.

2. 3 Strategi Manajemen Lingkungan PT Freeport Indonesia
PT Freeport Indonesia (PTFI) berkomitmen untuk mengelola dan meminimalisasi dampak kegiatan operasinya terhadap lingkungan, menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta meningkatkan kinerja PT. Freeport Indonesia secara berkesinambungan. Sebagai bagian dari Kebijakan Lingkungan, PT. Freeport Indonesia menggunakan strategi pengelolaan resiko berdasarkan data yang sah dan ilmu pengetahuan yang mumpuni.
PT. Freeport Indonesia melakukan audit internal maupun eksternal terhadap lingkungan secara rutin guna mengevaluasi ketaatan lingkungan PT. Freeport Indonesia, serta sistem dan praktek pengelolaannya. Karyawan diseluruh organisasi mengemban tanggung jawab langsung untuk memelihara lingkungan dan mengembangkan rencana kerja berdasarkan hasil audit. Program lingkungan PT. Freeport Indonesia berpedoman kepada persyaratan pada Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang PT. Freeport Indonesia serahkan setiap tahun kepada pemerintah sesuai persyaratan dalam Analis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), selain sesuai kewajiban menurut peraturan dan perizinan terkait yang dikeluarkan pemerintah.
Pada 2008 PT. Freeport Indonesia melaporkan kinerja lingkungan PT. Freeport Indonesia terhadap indikator G3 Prakarsa Pelaporan Global (Global Reporting Initiative / GRI). PT. Freeport Indonesia melakukan penyesuaian terhadap beberapa indikator 2007 yang telah dilaporkan sesuai pedoman GRI untuk membandingkan indikator atas dasar yang sama. Sebagai bagian dari transisi PT. Freeport Indonesia di tahun 2008/2009 untuk melaksanakan Kerangka Kerja Pembangunan Berkelanjutan ICMM, PT. Freeport Indonesia pun mengembangkan suatu proses untuk mengidentifikasi resiko dan peluang yang penting. Pada awal 2009, induk perusahaan PT. Freeport Indonesia Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. menetapkan sasaran dan tujuan kinerja yang akan menjadi acuan laporan PT. Freeport Indonesia pada tahun berikutnya. Sasaran dan tujuan yang berlaku untuk seluruh perusahaan tersebut akan dicantumkan di dalam laporan G3 GRI 2008.
Selain itu ada juga program pengolahan Tailing, yaitu salah satu program yang di miliki PT. Freeport Indonesia . Tailing adalah sisa batu alam yang digiling halus hasil pengolahan bijih mineral. PT Freeport Indonesia menggunakan proses pengapungan (flotasi), yang merupakan pemisahan secara fisik mineral yang mengandung tembaga dan emas dari batuan bijih.
 Dalam proses tersebut tidak digunakan merkuri maupun sianida. Sebuah daerah aliran sungai mengangkut sedimen tersebut menuju sebuah areal pengendapan yang telah ditentukan di kawasan dataran rendah dan pantai, yang dinamakan Modified Deposition Area (Daerah Pengendapan Dimodifikasi), yaitu sebuah sistem yang direkayasa dan dikelola bagi pengendapan dan pengendalian tailing.
Sistem pengendapan tailing tersebut dilakukan sesuai rencana pengelolaan tailing yang komprehensif dari PT Freeport Indonesia, sebagaimana telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia. Sebagai bagian dari AMDAL yang selesai pada tahun 1997 dan telah disetujui pemerintah, disepakati bahwa tiga dari 12 opsi pengelolaan tailing, akan dikaji lebih lanjut. Sebuah Komite Pengkajian Tailing terdiri dari anggota Tim Dewan Peninjauan Penilaian Risiko Lingkungan, Dewan Penasihat Lingkungan PT Freeport Indonesia dan pimpinan PT Freeport Indonesia, dibentuk untuk mengkaji seluruh opsi tersebut.
Setelah menyelesaikan 11 kajian rinci, termasuk analisis data penginderaan jarak jauh, evaluasi terhadap berbagai opsi pemipaan, kajian berbagai pertimbangan geoteknis, dampak banjir dan hidrologi, serta serangkaian analisis risiko, maka Komite Pengkajian Tailing menyimpulkan bahwa sistem pengelolaan yang diterapkan saat ini, yaitu mengalirkan tailing menuju daerah pengendapan, merupakan yang terbaik dari semua opsi yang ada. Audit-audit independen terhadap sistem pengelolaan lingkungan PT Freeport Indonesia menghasilkan kesimpulan yang sama.
PT Freeport Indonesia tetap melanjutkan kerjasama dengan berbagai pakar dari dalam dan luar negeri guna memastikan bahwa praktik pengelolaan tailing yang dilakukannya merupakan alternatif terbaik, dengan mempertimbangkan kondisi geoteknis, topografi, iklim, seismik dan curah hujan yang berlaku. Sistem pengendapan tailing tersebut melibatkan pembangunan struktur penahan beban lateral, atau tanggul, untuk membentuk areal bagi pengendapan tailing yang terkendali. Sistem tersebut senantiasa menjalani berbagai peningkatan, termasuk inspeksi, pemantauan dan proyek penahan tailing.
PT. Freeport Indonesia telah melakukan penyelidikan dan mengimplementasikan berbagai teknik penahan khusus yang dirancang untuk menghalau aliran dan mendorong pengendapan dalam batas-batas daerah pengendapan tersebut. Rencana penahan tailing tersebut memecah daerah pengendapan menjadi tiga bagian berdasarkan elevasi, besaran butir sedimen, dan jenis aliran, serta merinci teknik-teknik tertentu yang akan diterapkan pada setiap bagian.
Teknik-teknik penahan tailing antara lain termasuk: penggunaan penyaring hayati (bio-filter) (dengan penanaman rumput phragmites dan bakau), permeable groin, struktur pengalih aliran, dan berbagai aplikasi rekayasa lainnya. Sebuah kelompok teknik – terdiri dari pakar internasional  dan PT Freeport Indonesia – telah dibentuk untuk mengembangkan dan menerapkan teknik-teknik penahan tailing yang paling efektif.
PT Freeport Indonesia juga telah menyerahkan sebuah Kajian Risiko Lingkungan rinci terhadap sistem pengelolaan tailing kepada Pemerintah Indonesia. Dalam kajian tersebut ditemukan bahwa dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh perluasan kegiatan PT FI konsisten dengan yang telah diantisipasi dalam dokumen AMDAL perusahaan yang selesai disusun tahun 1997 dan telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia.
Berbagai kajian terhadap reklamasi tailing dan pembangunan lahan percontohan di atas kawasan tailing menunjukkan bahwa penghijauan/penanaman kembali lahan tailing dapat dengan mudah dilakukan dengan menggunakan tanaman asli maupun tanaman pertanian. Bahkan, kolonisasi alami terjadi dengan pesat. Apabila kegiatan pertambangan telah selesai, daerah pengendapan tersebut dapat direklamasikan dengan tanaman alami ataupun digunakan untuk tujuan pertanian, kehutanan atau budi daya air.
Pengambilan sampel secara luas terhadap mutu air dalam sistem pengelolaan tailing menunjukkan bahwa air pada sungai yang mengangkut tailing dari pabrik pengolahan PT FI di daerah dataran tinggi menuju daerah pengendapan di dataran rendah telah memenuhi baku mutu air bersih untuk logam terlarut sesuai peraturan Pemerintah Indonesia maupun USEPA (Lembaga Perlindungan Lingkungan AS). Data dari pengambilan sampel hayati tetap menunjukkan bahwa muara estuaria pada bagian hilir daerah pengendapan tailing adalah ekosistem yang masih berfungsi, berdasarkan jumlah spesies maupun jumlah spesimen organisme nektonik yang terkumpul, seperti ikan dan udang.
·       Kanal Alur Sungai Ajkwa
Mulai tahun 1998 dibangun sebuah tanggul baru di bagian timur tanggul barat yang sudah ada, yang menjadi perbatasan barat dari daerah pengendapan tailing di dataran rendah. Pembangunan tanggul baru tersebut membentuk sebuah saluran baru yang terletak di antara tanggul baru dan tanggul lama. Untuk memenuhi komitmen kepada Pemerintah Indonesia sesuai AMDAL tahun 1997, pada tahun 2005 PT FI menyelesaikan pekerjaan pengalihan Sungai Ajkwa ke saluran baru tersebut, yang lebih menyerupai aliran asli Sungai Ajkwa.
Pengalihan aliran Ajkwa tersebut berjalan sesuai harapan dengan stabilisasi saluran yang cepat dan perkembangan pola berliku. Ada beberapa keuntungan bagi lingkungan dengan mengalihkan sungai Ajkwa agar lebih mendekati aliran aslinya. Sungai Otomona membawa endapan tailing menuju daerah pengendapan. Di daerah aliran Sungai Ajkwa, yang bertemu dengan aliran Otomona di sisi utara daerah pengendapan, tidak terdapat kegiatan tambang. Sebelumnya aliran sungai ikut mengalirkan tailing melalui bagian daratan dari daerah pengendapan. Pengalihan Sungai Ajkwa menuju saluran di antara kedua tanggul tersebut mencegah terjadinya kontak dengan daerah pengendapan tailing sehingga dapat menambah aliran air tawar sepanjang perbatasan timur Timika yang sangat padat dengan penduduk.
Hal tersebut juga mengurangi jumlah tailing yang mengalir keluar melalui daerah pengendapan menuju muara estuaria dan Laut Arafura, hingga 25%. Pengalihan aliran Sungai Ajkwa ke saluran baru memungkinkan diselenggarakannya proyek- proyek percontohan reklamasi di daerah di antara kedua tanggul barat tersebut. Daerah tersebut pun sudah menjadi lokasi proyek penghijauan dan pertanian yang cukup berhasil, yang dimulai ketika tanggul sedang dalam tahap pembangunan.
·           Pengelolaan Overburden dan Air Asam Tambang
Overburden adalah batuan yang harus dikupas agar bijih yang ditambang dapat dijangkau dan diolah untuk diambil logamnya untuk keperluan komersial. PT FI menangani overburden melalui sebuah rencana pengelolaan overburden komprehensif yang telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia. Banyak logam terdapat di alam dalam bentuk mineral sulfida. Pada saat bijih ditambang dan overburden yang mengandung sulfida terpapar, maka reaksi air, oksigen dan bakteri alami berpotensi membentuk asam belerang. Air bersifat asam tersebut dapat melarutkan logam yang terkandung di dalam batuan overburden dan terbawa dalam sistem pembuangan air, dan apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Proses tersebut dikenal dengan nama air asam tambang.
PTFI melakukan pengelolaan dan pemantauan terhadap air asam tambang yang dihasilkan oleh kegiatannya. Berbagai audit independen yang dilakukan terhadap sistem pengelolaan lingkungan hidup PT FI mencapai kesimpulan bahwa program pengelolaan overburden PT FI “terpadu dengan baik” dan “konsisten dengan praktik-praktik internasional”. Sesuai rencana pengelolaan overburden yang telah disetujui oleh pemerintah, PT FI menempatkan overburden pada daerah-daerah terkelola di sekitar tambang terbuka Grasberg. Rencana PT FI untuk mengurangi dampak air asam tambang dilakukan dengan menampung dan mengolah air asam tambang yang ada, bersamaan upaya proses pencampuran dengan batu gamping dan penutupan daerah penempatan overburden dengan batu gamping guna mengelola pembentukan air asam tambang di masa datang.
·       Pengelolaan dan Daur Ulang Limbah
Program-program pengelolaan lingkungan PT FI mencakup seluruh aspek kegiatannya, bukan saja yang berhubungan dengan pertambangan. PT FI memiliki sistem pengelolaan limbah yang komprehensif yang menerapkan prinsip-prinsip pemanfaatan ulang, pendauran ulang, dan pengurangan. Program-program minimalisasi limbah dengan mencakup pengurangan dan penukaran dengan produk-produk yang ramah lingkungan. Wadah bekas, minyak bekas, kertas bekas, dan ban bekas semuanya dipakai ulang secara lokal dengan cara yang ramah lingkungan. Bahan lain yang dapat didaur ulang seperti aluminium, besi tua, dan baterai bekas dikumpulkan dan disimpan di tempat penyimpanan sementara untuk selanjutnya didaur ulang atau dibuang sesuai ketentuan.
Limbah padat lainnya yang dihasilkan PT FI ditempatkan pada tiga lokasi yang diperuntukkan secara khusus, termasuk TPA untuk limbah tak bergerak, dan TPA untuk limbah biodegradable, yang diberi lapisan dalam dan dilengkapi sistem pengumpulan dan pengolahan lini. PT FI telah mengimplementasikan ketentuan pemerintah yang terbaru tentang limbah cair domestik yang berdampak pada ke sepuluh instalasi pengolahan limbah milik PT FI. Mutu limbah cair dari seluruh instalasi pengolahan limbah cair dipantau secara berkala untuk parameter pH (kadar alkali), BOD (biological oxygen demand), TSS (total suspended solids/total padatan tersuspensi) serta minyak dan lemak sesuai baku mutu.
Limbah, termasuk limbah berbahaya (B3) dalam jumlah kecil, dipilah-pilah pada titik pengumpulan asal. Pengumpulan, pengemasan, dan penyimpanan limbah B3 yang dihasilkan dari pekerjaan uji coba terhadap sampel bijih, laboratorium analitis, dan proses-proses lainnya dikelola dengan menaati ketentuan Pemerintah Indonesia. Limbah B3 dipilah dan disimpan di gudang-gudang khusus hingga pada saatnya dikirim ke instalasi pembuangan limbah berbahaya lainnya di Indonesia yang telah disetujui. Limbah medis dipilah dari limbah lainnya dan ditempatkan di dalam wadah khusus untuk pemusnahan akhir pada instalasi insinerator limbah medis bersuhu tinggi yang sudah ada izinnya dan berada di lokasi.
2.   4  Kegiatan Operasi




Pengertian Pipeline dalam arti kata bahasa Indonesia artinya adalah saluran pipa. Saluran pipa ini merupakan sebuah sistem penyaluran yang diterapkan oleh PTFI guna mengefisienkan dan mengefektifkan dalam proses pengoperasian barang hasil tambang . Material bijih tersebut disalurkan dari dalam tiap – tiap terminal pipa yang berada didalam bawah tanah di Ertsberg menuju ke pabrik – pabrik pengolahan milik PT FI.  Melewati tahap pipa ini akhirnya bijih – bijih tambang tersebut dipisahkan menurut jenisnya , memasuki alat yang dinamakan SAG Mill dan Ball Mill , kemudian proses selanjutnya memasuki proses Floatasi dimana bijih – bijih tambang berhasil berubah menjadi konsentrat emas , konsentrat perak maupun konsentrat tembaga .
Saat ini PT Freeport Indonesia (PTFI) menerapkan dua teknik penambangan, yakni open-pit atau tambang terbuka di Grasberg dan tambang bawah tanah di Deep Ore Zone (DOZ). Bijih hasil penambangan kemudian diangkut ke pabrik pengolahan untuk dihancurkan menjadi pasir yang sangat halus. Selanjutnya diikuti dengan proses pengapungan menggunakan reagent, bahan yang berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat yang mengandung mineral tembaga, emas dan perak. Sisa dari pasir yang tidak memiliki nilai ekonomi (tailing) dialirkan melalui sungai menuju daerah pengendapan di dataran rendah.
Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan menuju pabrik pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa sepanjang 110 km. Setelah dikeringkan, konsentrat yang merupakan produk akhir PTFI ini kemudian dikirim ke pabrik-pabrik pemurnian di dalam maupun luar negeri.
Reagen yang digunakan adalah kapur, pembuih (frother) dan kolektor. Pembuih membentuk gelembung yang stabil, yang mengapung ke permukaansel flotasi sebagai buih. Reagen kolektor bereaksi dengan permukaan partikelmineral sulfida logam berharga sehingga menjadikan permukaan tersebutbersifat menolak air (hydrophobic). Butir mineral sulfida yang hidrofobik tersebut menempel pada gelembung udara yang terangkat dari zona slurry kedalam buih yang mengapung di permukaan sel. Buih yang bermuatan mineralberharga tersebut, yang menyerupai buih deterjen metalik, meluap dari bibiratas mesin flotasi kedalam palung (launders) sebagai tempat pengumpulanmineral berharga. Mineral berharga yang terkumpul didalam palung tersebutadalah 'konsentrat'. Konsentrat (dalam bentuk slurry, 65% padat menurutberat) dipompa ke Portsite melalui empat jaringan pipa slurry sepanjang 115 km. Sesampainya di Portsite, konsentrat ini dikeringkan sampai kandungannyahanya 9% air dan kemudian dikapalkan untuk di jual.

Pasir yang tak bernilai dikumpulkan di dasar sel flotasi yang terakhir sebagailimbah yang disebut 'tailing'. Tailing akhir ini disalurkan menuju suatu sistem pembuangan alami yang mengalir dari Mill menuju Daerah Pengendapan Ajkwa yang di Modifikasi (ModADA).
2.    4 Pengelolaan Lingkungan
PT Freeport Indonesia (PTFI) berkomitmen untuk mengelola dan meminimalisasi dampak kegiatan operasinya terhadap lingkungan, menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta meningkatkan kinerja PT. Freeport Indonesia secara berkesinambungan. Sebagai bagian dari Kebijakan Lingkungan, PT. Freeport Indonesia menggunakan strategi pengelolaan resiko berdasarkan data yang sah dan ilmu pengetahuan yang mumpuni.
PT. Freeport Indonesia melakukan audit internal maupun eksternal terhadap lingkungan secara rutin guna mengevaluasi ketaatan lingkungan PT. Freeport Indonesia, serta sistem dan praktek pengelolaannya. Karyawan diseluruh  organisasi mengemban tanggung jawab langsung untuk memelihara lingkungan dan mengembangkan rencana kerja berdasarkan hasil audit.

2.  5  Strategi Lokasi
Mill menghasilkan konsentrat tembaga dan emas dari bijih yang ditambang dengan memisahkan mineral berharga dari pengotor yang menutupinya. Langkah-langkah utamanya adalah penghancuran, penggilingan,pengapungan, dan pengeringan. Penghancuran dan penggilingan mengubah besaran bijih menjadi ukuran pasir halus guna membebaskan butiran yangmengandung tembaga dan emas untuk proses pemisahan dan untuk menyiapkan ukuran yang sesuai ke proses selanjutnya.
            Pengapungan (Flotasi) adalah proses pemisahan yang digunakan untuk menghasilkan konsentrat tembaga-emas. Bubur konsentrat (slurry) yang terdiri dari bijih yang sudah halus (hasil gilingan) dan airdicampur dengan reagen dimasukkan ke dalam serangkaian tangki pengaduk yang disebut dengan sel flotasi, di mana penambahan udara dipompa ke dalam slurry tersebut.


                                                                     BAB III 
                                                              PEMBAHASAN

3.1  Sejarah
Awal mula PT Freeport Indonesia berdiri, sesungguhnya terdapat kisah perjalanan yang unik untuk diketahui. Pada tahun 1904-1905 suatu lembaga swasta dari Belanda Koninklijke Nederlandsche Aardrijkskundig Genootschap (KNAG) yakni Lembaga Geografi Kerajaan Belanda, menyelenggarakan suatu ekspedisi ke Papua Barat Daya yang tujuan utamanya adalah mengunjungi Pegunungan Salju yang konon kabarnya ada di Tanah Papua.
Catatan pertama tentang pegunungan salju ini adalah dari Kapten Johan Carstensz yang dalam perjalanan dengan dua kapalnya Aernem dan Pera ke “selatan” pada tahun 1623 di perairan sebelah selatan Tanah Papua, tiba-tiba jauh di - pedalaman melihat kilauan salju dan mencatat di dalam buku hariannya pada tanggal 16 Februari 1623 tentang suatu pegungungan yang “teramat tingginya” yang  pada bagian-bagiannya tertutup oleh salju. Catatan Carsztensz ini menjadi cemoohan kawan-kawannya yang menganggap Carstensz hanya berkhayal.
Walaupun ekspedisi pertama KNAG tersebut tidak berhasil menemukan gunung es yang disebut-sebut dalam catatan harian Kapten Carstensz, inilah cikal bakal perhatian besar Belanda terhadap daerah Papua. Peta wilayah Papua pertama kali dibuat dari hasil ekspedisi militer ke daerah ini pada tahun 1907 hingga 1915. Ekspedisi-ekspedisi militer ini kemudian membangkitkan hasrat para ilmuwan sipil untuk mendaki dan mencapai pegunungan salju.
Beberapa ekspedisi Belanda yang terkenal dipimpin oleh Dr. HA.Lorentz dan Kapten A. Franzen Henderschee. Semua dilakukan dengan sasaran untuk mencapai puncak Wilhelmina (Puncak Sudirman sekarang) pada ketinggian 4,750 meter. Nama Lorentz belakangan diabadikan untuk nama Taman Nasional Lorentz di wilayah suku Asmat di pantai selatan. Pada pertengahan tahun 1930, dua pemuda Belanda Colijn dan Dozy, keduanya adalah pegawai perusahaan minyak NNGPM yang merencanakan pelaksanaan cita-cita mereka untuk mencapai puncak Cartensz. Petualangan mereka kemudian menjadi langkah pertama bagi pembukaan pertambangan di Tanah Papua empat puluh tahun kemudian.
Pada tahun 1936, Jean Jacques Dozy menemukan cadangan Ertsberg atau disebut gunung bijih, lalu data mengenai batuan ini dibawa ke Belanda. Setelah sekian lama bertemulah seorang Jan Van Gruisen – Managing Director perusahaan Oost Maatchappij, yang mengeksploitasi batu bara di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengggara dengan kawan lamanya Forbes Wilson, seorang kepala eksplorasi pada perusahaan Freeport Sulphur Company yang operasi utamanya ketika itu adalah menambang belerang di bawah dasar laut. Kemudian Van Gruisen berhasil meyakinkan Wilson untuk mendanai ekspedisi ke gunung bijih serta mengambil contoh bebatuan dan menganalisanya serta melakukan penilaian.
Pada awal periode pemerintahan Soeharto, pemerintah mengambil kebijakan untuk segera melakukan berbagai langkah nyata demi meningkatkan pembanguan ekonomi. Namun dengan kondisi ekonomi nasional yang terbatas setelah penggantian kekuasaan, pemerintah segera mengambil langkah strategis dengan mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967).
Pimpinan tertinggi Freeport di masa itu yang bernama Langbourne Williams melihat peluang untuk meneruskan proyek Ertsberg. Dia bertemu Julius Tahija yang pada zaman Presiden Soekarno memimpin perusahaan Texaco dan dilanjutkan pertemuan dengan Jendral Ibnu Sutowo, yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Perminyakan Indonesia. Inti dalam pertemuan tersebut adalah permohonan agar Freeport dapat meneruskan proyek Ertsberg. Akhirnya dari hasil pertemuan demi pertemuan yang panjang Freeport mendapatkan izin dari pemerintah untuk meneruskan proyek tersebut pada tahun 1967. Itulah Kontrak Karya Pertama Freeport (KK-I). Kontrak karya tersebut merupakan bahan promosi yang dibawa Julius Tahija untuk memperkenalkan Indonesia ke luar negeri dan misi pertamanya adalah mempromosikan Kebijakan Penanaman Modal Asing ke Australia.
Sebelum 1967 wilayah Timika adalah hutan belantara. Pada awal Freeport mulai beroperasi, banyak penduduk yang pada awalnya berpencar-pencar mulai masuk ke wilayah sekitar tambang Freeport sehingga pertumbuhan penduduk di Timika meningkat. Tahun 1970 pemerintah dan Freeport secara bersama-sama membangun rumah-rumah penduduk yang layak di jalan Kamuki. Kemudian dibangun juga perumahan penduduk di sekitar selatan Bandar Udara yang sekarang menjadi Kota Timika.
Pada tahun 1971 Freeport membangun Bandar Udara Timika dan pusat perbekalan, kemudian juga membangun jalan-jalan utama sebagai akses ke tambang dan juga jalan-jalan di daerah terpencil sebagai akses ke desa-desa Tahun 1972, Presiden Soeharto menamakan kota yang dibangun secara bertahap oleh Freeport tersebut dengan nama Tembagapura.
Pada tahun 1973 Freeport menunjuk kepala perwakilannya untuk Indonesia sekaligus sebagai presiden direktur pertama Freeport Indonesia. Adalah Ali Budiarjo, yang mempunyai latar belakang pernah menjabat Sekretaris Pertahanan dan Direktur Pembangunan Nasional pada tahun 1950-an, suami dari Miriam Budiarjo yang juga berperan dalam beberapa perundingan kemerdekaan Indonesia, sebagai sekretaris delegasi Perundingan Linggarjati dan anggota delegasi dalam perjanjian Renville.

A. Luas wilayah
Eksplorasi KK-A = 10.000 Ha, Eksplorasi KK-B = 202.950 Ha. Total Wilayah = 212.950 Ha.  Luas wilayah KK Blok B terakhir seluas 212.950 hektare tersebut hanya tinggal 7,8% dari total luas wilayah eksplorasi pada tahun 1991. Tahun 1991 = 2,6 juta Ha. Tahun 2012 = 212.950 Ha.

B. Investasi
Investasi sejumlah 8,6 miliar dengan perkiraan tambahan investasi sebesar USD 16-18 Miliar untuk pengembangan bawah tanah ke depan. 94% total investasi tambang tembaga di Indonesia. 30% total investasi di Papua. 5% total investasi di Indonesia
·       Strategi Lingkungan
Semua industri, termasuk pertambangan, memiliki dampak lingkungan yang tidak dapat dihindari, baik dalam positif maupun dampak negatif, sehingga terjadi pertukaran antara manfaat lingkungan dan dampak lingkungan. Pemerintah Indonesia memutuskan bahwa tambang ini sangat penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia, dan pemerintah telah mengatur bagaimana PTFI menjalankan proyek ini agar dapat memberikan manfaat ekonomi yang diinginkan oleh Indonesia, sementara sebisa mungkin mengurangi dampak negative terhadap lingkungan. PTFI juga berkomitmen untuk merehabilitasi area yang terkena dampak ketika area tersebut tidak digunakan lagi untuk kegiatan operasi.
·      Bahan Tambang yang dihasilkan
a.    Tembaga
b.    Emas
c.    Silver
d.   Molybdenum
e.    Rhenium
Selama ini hasil bahan yang di tambang tidak lah jelas karena hasil tambang tersebut di kapal kan ke luar indonesia untuk di murnikan sedangkan molybdenum dan rhenium adalah merupakan sebuah hasil samping dari pemrosesan bijih tembaga.
·       Pemegang saham
a.    Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. (AS) - 81,28%
b.    Pemerintah Indonesia - 9,36%
c.    PT. Indocopper Investama - 9,36%
3.1 Gambaran Umum
PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan. PTFI menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika Provinsi Papua, Indonesia. Kami memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.
Dalam tahun 2005, PTFI telah menghasilkan dan menjual konsentrat yang mengandung 1,7 miliar pon tembaga dan 3,4 juta ons emas. PTFI pun bekerjasama dengan instansi pemerintah, masyarakat setempat, maupun lbaga swadaya masyarakat yang bertanggung jawab, untuk meningkatkan kinerja lingkungannya. PTFI juga telah menganut prinsip-prinsip Kerangka Kerja Pembangunan Berkelanjutan dari Dewan Internasional tentang Pertambangan dan Logam Sustainable Development Framework of the International Council in Mining and Metals (ICMM).

4. 2 Beberapa produk hasil tambang yang ada di PT. Freeport Indonesia adalah
·         .Konsentrat Emas
·         Konsentrat Tembaga
·         Konsentrat Perak

  v  Studi Kasus         : PT Freeport Indonesia
          Kasus              : Kasus yang berhubungan dengan lingkungan manajemen operasi pembangunan negara dengan standart perusahaan global (ISO 9000, ISO 14000)
           Lokasi             : Papua, Indonesia

Pertanyaan-pertanyaan :

1.        Mengambarkan dan mengevaluasi strategi manajemen lingkungan  PTFI . Apakah lingkungan merupakan bagian dari strategi corporate umum perusahaan induk , apakah ini selalu terjadi ?
Jawaban :
Lingkungan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh PT Freeport. Hal ini dapat dilihat dari komitmen perusahaan untuk memperhatikan berbagai aktivitas yang diterapkan dan dilaksanakan serta menjadi tanggungjawab perusahaan, dengan berusaha mengurangi dampak atas operasi perusahaan disekitar lingkungan bisnis yang mencakup masyarakat sekitar dan lingkungan. Perusahaan menerapkan berbagai strategi dalam menjaga lingkungan yaitu dengan memperhatikan masalah reklamasi lingkungan, masalah penggunaan sumber energi dalam menopang kegiatan operasi perusahaan, masalah yang berkaitan dengan limbah hasil operasi baik yang mineral maupun non mineral. 
Strategi pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan energi adalah dengan berfokus kepada efisiensi energi pada kegiatan operasi yang dilakukan oleh perusahaan serta penyebaran pertambangan dan pengelolaan teknologi inovatif pada proyek-proyek ekspansi yang dilakukan perusahaan. Perusahaan mencapai perbaikan yang signifikan dalam hal efisiensi energi dengan fasilitas pengelolaan baru. Dari strategi yang diterapkan oleh PT Freeport dengan melakukan efisiensi energi merupakan langkah tepat karena akan sangat berdampak baik bagi lingkungan, berkurangnya emisi karbon hasil dari operasi perusahaan akan membantu pengurangan efek rumah kaca yang akan berakibat pada stabilnya suhu dibumi. 
Strategi selanjutnya yang dilakukan perusahaan adalah reklamasi tambang dengan melakukan proses pengambilan tanah yang pernah digunakan dalam kegiatan operasi dan mengubahnya menjadi lahan alternatif, yang dapat digunakan untuk ruang terbuka, habitat satwa liar, habitat penggembala, tempat rekreasi, lahan industri dan lahan ekonomis maupun ekologis produktif lainnya. Analisis landscape function (ALF) monitoring digunakan untuk menilai seberapa baik daerah reklamasi yang dapat berfungsi sebagai sistem alami. Berdasarkan startegi yang dilakukan perusahaan dengan melakukan reklamasi merupakan cara yang bijaksana dalam mengembalikan fungsi lahan bekas kegiatan operasi perusahaan dengan dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas yang berguna bagi banyak kalangan. Serta memperbaiki kondisi lahan bekas operasi agar tidak menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan dan bisa menjadi pemicu hal-hal diluar kendali perusahaan yang dapat membawa kerugian. 
Perusahaan melakukan investasi jangka panjang dalam proyek-proyek penyediaan air untuk kepentingan kegiatan operasi perusahaan dan kepentingan stakeholder guna mencapai rencana pertumbuhan perusahaan. Dengan mendirikan pabrik pengolahan air limbah diharapkan dapat mengurangi penyebaran penyakit yang ditularkan dari air dan meningkatkan nilai produk pertanian lokal sambil memberikan air untuk ekspansi operasional ekonomis yang penting bagi daerah.
Perusahaan juga melakukan investigasi mengenai dampak kegiatan operasi terhadap kualitas air, serta menguji berbagai teknologi pengolahan untuk mengatasi air yang terkena dampak. Dengan membangun pabrik pengolahan limbah untuk menciptakan persediaan air yang dibutuhkan dalam kegiatan operasi perusahaan turut membantu dalam menjaga kelestarian sumber air yang ada dan dapat digunakan untuk jangka panjang dengan generasi selanjutnya, pengolahan air yang terkena dampak dari kegiatan operasi juga membantu menyelamatkan ketersediaan air dan kelestarian lingkungan sekitar. 
Strategi yang dilakukan perusahaan dalam pengelolaan limbah dan manajemen daur ulang untuk bahan-bahan sisa hasil operasi yang tidak digunakan. Perusahaan terus melakukan evaluasi terhadap peluang untuk mengurangi jumlah limbah dan toksisitas limbah yang dihasilkan dengan berupaya penekanan dalam jumlah penggunaan. Perusahaan juga melakukan pelepasan atas asset asset yang dimiliki seperti peralatan yang telah using, bahan-bahan kimia yang digunakan dalam operasi. Setiap daerah lokasi tambang memiliki klasifikasi peraturan yang berbeda-beda. Perusahaan mengolah lumpur residu sisa operasi dengan mengubahnya menjadi sesuatu yang memiliki fungsi lain. Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan oleh perusahaan dapat membantu pengurangan pencemaran lingkungan disekitar lokasi operasi. 
Isu lingkungan merupakan isu yang sangat luas karena kompleksitas permasalahannya menyangkut aspek-aspek krusial dan beraneka ragam dari multidisiplin ilmu ekonomi, politik, social dan budaya serta tentunya dari kelompok ilmu-ilmu eksata yang berkaitan langsung dengan studi physical environment itu sendiri, seperti: biology, chemistry, geology, forestry dan sebagainya. Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini tidak ada atau menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Sebelumnya orang menduga masalah lingkungan global lebih banyak dipengaruhi faktor alam, seperti iklim, yang mencakup temperatur, curah hujan, kelembaban, tekanan udara dll. Belakangan orang mulai menyadari bahwa aktifitas manusia pun mempengaruhi iklim dan lingkungan secara signifikan.

Para peneliti dan ilmuwan yang bergerak di bidang lingkungan sudah sangat ngeri membayangkan bencana besar yang akan melanda umat manusia. Yang jadi masalah, kesadaran akan permasalahan lingkungan ini belum merata di tengah umat manusia. Ini akan lebih jelas lagi kalau melihat tingkat kesadaran masyakat di negara berkembang. Jangankan masyarakat umum, di kalangan pemimpin pun kesadaran masalah lingkungan ini masih belum merata.

2.        Menggambarkan dan mengevaluasi penanganan sosial budaya PTFI di Irian Jaya ?
Jawaban  :
     Freeport-Mc.MoRan Copper & Gold (FCX) merupakan perusahaan induk dari PTFI. Chairman FCX James R. Moffett dan CEO FCX Richard C.Adkerson menyampaikan : “Kami prihatin atas dampak dari mogok kerja terhadap karyawan PTFI dan keluarga mereka, dan Manajemen PTFI tengah berupaya menyelesaikan perundingan secepat mungkin. Penawaran yang kami sampaikan cukup adil dan besar, dan tim Manajemen PTFI memiliki komitmen untuk mempertahankan kondisi dan lingkungan kerja yang kondusif, bersaing dan nyaman bagi karyawan kami. Kekerasan dan tindakan intimidasi yang dilakukan terhadap 18 karyawan yang memilih untuk tetap bekerja dan kerusakan yang dilakukan terhadap sarana dan prasarana Perusahaan tidak menguntungkan para pemangku kepentingan dan merupakan tindakan melanggar hukum. 
   Kami menghargai dukungan dari Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Daerah untuk melindungi Perusahaan yang merupakan obyek vital nasional, dan bersama ini kami menghimbau semua pemangku kepentingan agar dapat bekerja sama dengan Presiden Direktur PTFI Armando Mahler dan anggota Manajemen PTFI untuk menyelesaikan perundingan PKB secara baik dan memulihkan penegakkan hukum danketertiban di wilayah Mimika". Pada intinya PTFI melakukan gambarandan evaluasi dalam bidang social yaitu dengan mempertahankan kondisi dan lingkungan kerja yang kondusif dengan menaikan gaji para karyawan yang berasal dari dalam negeri, tapi menurut kelompok kami kenaikan gaji tersebut berdasarkan mogok kerja yang dilakukan para karyawan. Dan kemungkinan apabila tidak adanya mogok kerja maka tidak akan ada kenaikan gaji karyawan.
3.        Apakah kamu menggambarkan proyek ini sebagai hal yang berkelanjutan, kriteria apa yang anda gunakan untuk mengevaluasi klaim ini ? bahwa proyek ini berkelanjutan? Bandingkan  bagaimana sewa ekonomi di distribusikan dibawah pengelolaan atau pelayanan PTFI dengan kriteria keberlanjutan ?
Jawaban :
            Dampak penting kegiatan PTFI adalah overburden ( batuan penutup ), SIRSAT dan social. Oleh sebab itu pengolahan utama lingkungan hidup PTFI difokuskan kepada tiga hal tersebut. Pengelolaan Overburden terpusat kepada bagaimana membuat timbunan yang stabil secara geoteknik pada tapaak yang tersedia. Upaya pencegahan air asam dilakukan dengan mencampurkan overburden yang berpotensi menghasilkan asam dengan proporsi yang cukup. Air asam yang terbentuk  dikumpulkan dan dinetralkan dengan kapur. Air hasil penetralan didaur ulang dan dipakai kembali di pabrik pengolahan bijih. Untuk meminimkan dampak SIRSAT dialirkan ke dataran rendah dan diendapkan di antara dua tanggul segera setelah memungkinkan, endapan SIRSAT dihijaukan kembali.
        Daerah tanggul ganda seluas 600 hektar lebih dihijaukan kembali baik secara rekalmasi maupun suksesi alami untuk mendemonstrasikan bahwa dearah penegndapan SIRSAT dapat dipulihkan fungsinya dalam waktu yang tidak terlalu lama  (<15 tahun).  PTFI mempunyai berbagai program social di bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, sarana prasarana,  dan sebagainya. Program-program tersebut dirancang agar pada akhir masa tambang diharapkan masyarakat yang mandiri tanpa tergantung sector pertambangan PTFI setiap tahunnya juga mengalokasikan dana untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. PTFI juga menyadari bahwa adanya resiko lingkungan dari SIRSAT (pasir sisa tambang). Hal ini menjadi salah satu prioritas PTFI dalam penanganaan lingkungan yang berkelanjutkan. PTFI juga berpedoman pada praktek Good Corporate Govrnance seperti yang dijelaskan ICMM, EITI, GRI. International Council on Mining and Metals (ICMM) ada 10 prinsip kerangka pembangunan berkelanjutan. EITI- mendukung insiatif Transparani Industri Eksstraktif dengan melaporkan semua pendapatan dan pembayaran . GRI- Global Reporting Initiative melaporkan implementasi pembangunan berkelanjutan dalam GRI dan format-format lainnya.Praktek-praktek ini meminimalisasi dampak operasi PTFI terhadap lingkungan.
         Pengolahan SIRSAT ( sisa pasir tambang ) dilakukan seusi dengan AMDAL yang telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia setelah dilakukan sejumlah kaijian teknis. Pengelolaan SIRSAT ini juga dievaluasi melalui audit –audit oleh pakar indepen oleh pakar dengan repurasi internasional. Pakr- pakar tesebut sudah memberikan penilaian penuh terhadap cara PTFI mengelola SIRSAT. PTFI juga memiliki rehabilitasi yang lengkapnuntuk berbagai area dimana SIRSAT sudah didalam kondisi satbil. PTFI memulihkan ldan merehabilitasi tanah tersebut agar dijadikan lahan pertanian produktif dimana penduduk setempat dapat berternak dan bertani berbgai macam ( sagu, nanas, tebu, matoa, pisang dan ubi). Sehingga tailing itu dapat berubah menjadi lahan yang dapat bermanfaaat bagi masyarakat.
  Total jumlah penerimaan deviden pemerintah pada tahun 2014 yaitu sejumlah US$ 1,287 miliar. Sedangkan pajak dan non pajak lainnya adalah sejumlah US$ 12,840 miliar dari tahun 1992 sampai 2014.
  Kontribusi yang diberikan oleh Pt Freeport karena telah menyewa tanah di Indonesia yaitu, dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi sekitar 24.000 orang di indnesia (karyawan PTFI terdiri dari 69,75%, karyawan nasional : 28,05% karyawan papua, serta 2,2 % karyawan asing. Selain itu dengan menanam investasi > USD 8,5 miliar untuk pembangunann infrastuktur perusahaan dan social di Papua, dengan fencana investasi-investasi yang signifikan pada masa yang akan dating. Dalam kurun 4 tahun PTFI telah memberikan kontribusi lebih dari USD 37,46 miliar dan dijadwalkan untuk berkontribusi lebiih banyak terhadap masyarakat Indonesia hingga lebih darii USD 6,5 miliar dalam waktu empat tahun mendatang dalam bentuk pajak, deviden, dalam pembayayaran royalty. Keuntungan financial langsung ke pemerintah Indonesia dalam kurun waktu empat tahun terakhir adalah 59% , sisanya ke eprusahaan induk (FCX) 41% . Hal ini melebihi jumlah yang dibayrakan PTFI apabila beroperasi di negara-negara lain. PTFI juga membayar pajak  1,7 % dari anggaran nasioanal Indonesia . membiayai > 50% dari semua kontribusi pembangunan masyarakat melalui sector tambang Indonesia. Membentuk 0,8% dari semua pendapatan rumah tangga di Indonesia. Membentuk 44% dari pemasukan rumah tangga di Provinsi Papua.

    4.      Haruskah pemerintah Indonesia mengijinkan PTFI melakukan ekspansi ?
Jawaban :
   Menurut kelompok kami lebih tepatnya adalah mengembalikan kekayaan alam yang ada daripada untuk mengembangkan PTFI, karena PTFI sudah ada yang melaksanakan pengembangan tersebut yaitu pihak intern PTFI. Pemerintah Indonesia juga tidak tegas mengatur operasi perusahaan ini karena mengeksploitasi SDA di Indonesia. Seharusnya PT Freeport telah mendirikan smelter dan  tidak mengekspor mineral dalam bentuk konsentrat. Namun kenyataannya tidak satu pun point diatas yang diupayakan PT. Freeport Indonesia.
   Sejak orde baru pemerintah telah membiarkan kekayaan tambang Gersberg di eksploitasi oleh pihak asing, yaitu PT. Freeport , sedangkan saat ini PT. Freport juga belum menunjukkan tanda-tanda untuk memenuuhi syarat yang diajukan oleh pemerintah dalam nota keepahaman ( MOU ) yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Oleh karena itu langkah yang diambil oleh pemerintah untuk memperpanjang nota kesepahaman atau pun untuk perluasan PT Freeport banyak pertimbangannya.
   Namun tentu saja dibelakang pertentangan ini pemerintah telah menimbang berbagai alasan yaitu pemerintah tidak ingin industri mengelami kevakuman, mengingat banyaknya masyarakat indonesia ynag menggantungkan  hidupnya pada industri ini.
   Apabila pemerintah Indonesia mengijinkan perluasan perusahaan dikhawatirkan  akan membiarkan kerusakan-kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi kawasan pertambangan dengan diameter mencapai ratusan kilometer. Selain itu apabila di ijinkan untuk memperluas perusahaan akan sama saja memberi izin ekspor konsentrat yang secara finansial hanya menguntungkan PT. Freeport saja.
    Menurut kelompok kami kontrak karya Freeport jelas tidak perlu di ijinkan untuk diperluas atau pun diperpanjang lagi. Saat ini yang perlu dipersipkan pemerintah adalah handover perusahaan Freeport kepada BUMN, mengingat Freeport juga telah menyetujui untuk divestasi secara bertahap. Sudah selayaknyaa BUMN melepas Freeport dan mengambil alih saham dari PT Freeport di bidang pertambangan. Sehingga lebih baik dikelola oleh BUMN sendiri.
   Jika melihat peluang yang ada, apabila pemerintah mengijinkan  perluasan PT Freeport Indonesia diperluas dapat membawa banyak keuntungan bagi Indonesiaa. Namun kedepannya komitmen nyata dari perusahaan asing dalam melaksanakan kewajibannya perlu diperhatikan lagi. Pengawasan dan penegasan perlu dilakukan agar pihak asing tidak menganggap mudah  pemerintah Indonesia. Dalam proses ini diharapkan pemerintah dapat lebih tegas lagi kepada PT Freeport tidak hanya meraup keuntungan hasil bumi Indonsia, tetapi secara imbal balik memberikan keuntungan kepada masyarakat Indonesia sendiri, khususnya masyarakt Papua.
     Sebagai mitra jangka panjang Indonesia yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi masional, maupun komunitas local, PT Freeport  Indonesia telah berinvestasi sebesar US$ 7,7  miliar dalam infrastuktur selama 45 tahun di Indonesia. Samapi saat ini usaha PT Freeport Indonesia mewakilkan 1,59% dari semua kegiatan ekonomi di Indonesia dengan 300.000 karyawan Indonesia dan keluarganya bergantung pada PTFI untuk kelnagsungan hidup mereka. PTFI juga berkeinginan untuk terus berinvestasi dan menjadi bagian dari Indonesia untuk jangka waktu yang lama.

5.         Apakah isu ini relevan hanya untuk operasi skala besar seperti sekarang ini?
Jawaban :
Iya masalah pembanguan berkelanjutan sangat relevan untuk operasi perusahaan yang besar, karena kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi berbagai dampak negatif yang ditimbulkan akibat operasi skala besar yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Apabila skala operasi perusahaan kecil tentunya risiko yang dihadapi mengenai lingkungan juga akan semakin kecil. Bentuk kebijakan ini juga diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap lingkungan sosial disekitar tempat operasi dilakuakan. Sehingga tidak ada pihak yang dirugikan dari operasi yang dilakukan perusahaan.

BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan

PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan. PTFI menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika Provinsi Papua, Indonesia. Kami memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.
Kompleks tambang milik kami di Grasberg merupakan salah satu penghasil tunggal tembaga dan emas terbesar di dunia, dan mengandung cadangan tembaga yang dapat diambil terbesar di dunia, selain cadangan tunggal emas di dunia. Grasberg berada di jantung suatu wilayah mineral yang sangat melimpah, di mana kegiatan eksplorasi yang berlanjut membuka peluang untuk terus menambah cadangan kami yang berusia panjang.
PT. Freeport Indonesia tergolong ke dalam Perusahaan Global. Alasannya karena perusahaan tersebut sudah melakukan efisiensi yang tinggi akan tetapi respon lokalnya masih rendah. Perusahaan Global adalah unnit bisnis yang memiliki kator pusat di banyak negara lain dengan sistem pengembalian keputusan desentralisasi. Sistem partisipasi bisnis global digunakan karena sudah semalin pudar dan hilangya batasan-batsan pasar suatu negara dengan negara lain.




Gambar peta PT. Freeport Indonesia – Amerika 



Gambar wilayah PT. Freeport Indonesia



Akibat Galian PT. Freeport 



      





Alat transportasi yang digunakan di PT . FreePort Indonesia






DAFTAR PUSTAKA